curhatku

Rabu, 01 Desember 2010 · 0 komentar
aku adalah seorang yang suka menyendiri. aku dibesarkan oleh orang tuah yang sangat mengekang kehidupan sosial anak-anaknya. karena ini, aku tidak punya teman. di sekolah hanya beberapa saja yang mau berteman denganku. terutama teman satu bangkuku.

teman sebangkuku ini, Tio namanya. dia tampan. dia ramah. baik hati sampai suatu hari...

cerita hot

Rabu, 17 Maret 2010 · 0 komentar

banyak sekali bertebaran cerita-cerita hot atau cerita-cerita sex diinternet. terlepas dari bener tidaknya cerita itu ternyata banyak sekali konsumen bahkan pelanggan setia yang terus membaca dan mengikuti cerita-ceriti hot tersebut. ntah dari para kaum mudah yang tengah bergejolak gelora nafsunta, maupun para janda atau siapa saja yang garing dunia sex-nya. sehingga mereka mencari pelampiasan dengan membaca cerita-cerita semacam itu.

info PeopleString

Selasa, 16 Maret 2010 · 1 komentar


PEOPLE POINTS are used to determine the SHARE OF ADVERTISING REVENUE YOU WILL RECEIVE FOR THE BILLING CYCLE, The ADVERTISING REVENUE IS BILLED EACH MONTH AND THE ADVERTISERS ON THE SITE PAY THE BILLING FOR THEIR AD'S, THEN 70% of ALL THAT MONTHS AD REVENUE is then divided among the members, The MEMBERS THAT USE THE SITE THE MOST are the MEMBERS WITH the MOST PEOPLEPOINTS and those members get the LARGER SHARES OF ADVERTISING REVENUE....!!! IT's really SIMPLE. The more you use the site, the more points you earn, the more points you have the MORE $$$$ you get from the AD REV...!!!!!!

1) Login! - 10 points

2) Go into you PeopleString email - even if you don't have any new messages! - 10 points

3) Do a google search in the google bar at the top of the new homepage! - 10 points

4) Click on a link under "Shopping Rebates" to go to the available offers. (you don't have to click an offer)! - 10 points

5) Click on Mailbox Cashbox and see if you have any offers! - 10 points

Total - 50 points

This is available every 12 hours (12pm-12am EST & 12am-12pm EST)!!!

What does this translate into as far as money goes?

PeoplePoints do not have a dollar figure attached to them simply because there is no specific calculation for any given month as to how much PeopleString will charge for advertising on the site. This is because as the population and use of the site may increase one month the advertisement rate may increase as well as decrease in the event of a decline.


FOR EXAMPLE:

In a hypothetical 30 day month if you captured all available PeoplePoints each day (100 PP x 30 Days) you would have 3,000 PP. If the revenue share for that month was $5.00 (almost the average as I have seen so far) for every person that attained 3,000 points that month and let us say you had 100% of your string that also got the same revenue share through achieving the same 3,000 PP, you would have a revenue share that would look something like this:





FREE MEMBER: (Total Free Entrepreneur Members)

LEVEL PPL SHARE TOTAL PERCENT SHARE

You: 1 x $5.00 $5.00 100% $5.00
Direct: 11 x $5.00 $55.00 5% $2.75
Level 2: 66 x $5.00 $330.00 2% $6.60
Level 4: 500 x $5.00 $2500.00 2% $50.00
Level 5: 481 x $5.00 $2405.00 2% $48.10
Level 6: 509 x $5.00 $2545.00 2% $50.90
_______________________________________________

Your total Advertising share $163.35

ENTREPRENEUR: (Total Free Entrepreneur Members)

LEVEL PPL SHARE TOTAL PERCENT SHARE
You: 1 x $5.00 $5.00 100% $5.00
Direct: 11 x $5.00 $55.00 20% $11.00
Level 2: 66 x $5.00 $330.00 6% $19.80
Level 4: 500 x $5.00 $2500.00 6% $150.00
Level 5: 481 x $5.00 $2405.00 6% $144.30
Level 6: 509 x $5.00 $2545.00 6% $152.70
_________________________________________________
Your total Advertising share $482.80

*These tables are for hypothetical illustration purposes and do not guarantee actual earnings as advertisement rates as well as member participation or PeoplePoints earned may vary month to month.

gurukah saya?

Selasa, 16 Februari 2010 · 0 komentar
Saya adalah seorang guru. Begitu kata orang-orang. Ini mereka ungkapkan karena hampir setiap hari saya masuk kelas dan mengajar siswa-siswa SMP dan juga SMK. Namun seandainya saya boleh jujur, saya ingin mengatakan bahwa saya bukanlah seorang guru. Saya hanya menjalani “keterpaksaan” hidup.

Saya tidak ada keinginan barang sedikitpun untuk jadi guru. Tapi anehnya sejak kecil saya berkecimpung dan berkutat pada hal yang berbau pendidikan. Bahkan—saya masih ingat betul—ketika itu saya masih sekolah tingkat akhir—saya sekolah disebuah pesantren—pengasuh pondok memberi pesan yang sampai sekarang masih terngiang dalam benakku, kami ingin kalian menjadi seorang pendidik. Pendidik yang baik. Pendidik sesuai dengan bidang kalian masing-masing kelak. Yang jadi ABRI, jadilah abri yang mempunyai jiwa didik pada orang-orang sekitar. Yang jadi pedagang jadilah pedagang yang bisa mendidik pedagang lain bagaimana cara berdagang yang benar dan menguntungkan. Yang jadi pemimpin, jadilah pendidik bagi anak buahnya. Dll.

Sejak itu saya hanya ingin bisa mendidik orang-orang yang saya cinta dan sayangi.

kenapa harus bertemu...?

Minggu, 07 Februari 2010 · 0 komentar
Ughh… Sungguh pedih nan sedih…

Mengapa aku harus bertemu dengannya. Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih tidak bertemu dengannya. And seandainya aku tak bertemu dengannya hatiku nggak akan kembali luka. Luka yang telah lama aku obati. Luka yang telah lama bersemi. Luka yang telah lama aku usahakan bisa berteman dengannya dalam hidup ini. Namun sayang kini aku belum bisa berteman dengannya. Ini terbukti saat aku kembali bertemu dengan salah satu diantara mereka.. Maafkan aku duhai diriku. Kini aku merasa belum mampu untuk memaafkan diriku.

Pedih ini kembali kurasakan saat tanpa sengaja bertemu dengannya. Seorang diantara yang bisa membangkitkan kenangan itu lagi. Oh tidak. Memang dia tak salah. Aku yang salah tapi…

Biarlah aku ceritakan yang bisa membuatku sakit ini pada siapapun. Begini ceritanya:
Aku menyelesaikan tingkat SMAku di sebuah sekolah yang sangat ok. Hampir semua teman sekelasku jadi “orang”. Bahkan hampir semua lulusan sana menjadi hebat. Ada yang melanjutkan ke Al-Azhar Mesir Kairo, Sudan, Yaman, Makkah, Madinah, UGM, UI, dan berbagai perguruan ternama di dalam maupun luar negeri lainnya. Bahkan bila ada yang tidak melanjutkan pun mereka tergolong sukses. Sebut saja beberapa temanku yang setelah menamatkan studinya kini memegang perusahaan ayahnya di rumah. Bengkel mobil. Ada juga yang kini jadi saudagar kain di Bandung. Oh sungguh menakjubkan.
Beda jauh dengan diriku. Setelah lulus, aku mengabdikan diriku di sebuah ma’had yang kyainya menyelamatkanku dari kegagalan studi karena biaya. Aku harus bisa membalas semua jasanya. Pikir dan tekadku saat itu. Aku ingin mengabdikan hidupku di pondok beliau. Sampai dipenghujung usiaku.

Namun Allah mengatakan lain. Di awal libur ramadhan tahun pertamaku, Allah mengujiku dan sekaligus memanggil ayahku tercinta. Aku diminta ibu untuk tidak kembali ke pondok dan menggantikan tugas sang ayah tersayang. Menggarap beberapa petak sawah yang kami miliki. Akupun cuma bisa patuh dan taat karena aku sangat sayang sama ibuku. Aku mencoba belajar bercocok tanam. Mulai dari persiapan bibit, lahan hingga “winih” tertanam aku bisa mengikuti “pelajaran” dengan baik walau di sana sini masih banyak kekurangan yang sering aku lakukan. Di bulan paroh bulan ke dua aku cuma menunggu padi menguning dan memanennya. Namun karena aku nggak tahan dengan tidak adanya kerjaan, maka aku kabur ke Jakarta dan merantau mencari sesuap nasi. Syukur-syukur dapat segepok uang yang bisa aku gunakan untuk membiayai hidup ibu dan menyekolahkan adik yang saat itu lulus SD dan meminta untuk belajar di pesantren namun karena ketiadaan biaya aku janjikan ia akan belajar di pesantren setelah ia menamatkan SMPnya yang ada di dekat rumah.

Di Jakarta aku kerjakan apa yang bisa aku lakukan. Aku ikut teman SDku dulu. Aku pilih ikut berjualan nasi goreng dari pada mengayuh becak karena satu alasan, aku tidak punya cukup tenaga. ( ha ha ha ha… )
Jualan nasi goreng aku lakukan sama dengan teman-teman, mulai jam 19.00 malam sampai jam 04.00 pagi. Ini karena bos kami sangat perhatian sama shalat. Dan kebetulan semua temanku yang bekerja di situ (baik narik becak maupun jualan nasgor) adalah alumni pesantren. Baik yang sampai lulus maupun tidak lulus belajar di pesantrennya. Jadi selain kami mencari uang, juga kami adakan tahlilah, jamaah, dan sebuah majelis taklim. (terima kasih pak wahyono—nama bos saya yang juga adalah kepala RT di complex perumahan Angkat Darat Dewa Kembar—dan teman-temanku anak bangong semua… I miss u all…)

Singkat kisah, aku nggak bisa melanjutkan studiku seperti yang lain. Jangankan ke luar negeri, mau kuliah di dalam negeri pun bahkan ke perguruan yang tak ternamapun aku nggak belum bisa. Karena aku harus menghidupi ibu dan adikku yang juga lagi sekolah di SMP.

Habis panen sawahku, aku putuskan untuk mengambil Ijazah di almamater tercinta. Dan aku cari kerjaan yang bisa menghasilkan uang. Akupun berangkat ke almamater dan mencoba mencari pekerjaan di Surabaya. Namun Allah menggiringku ke sebuah pesantren yang belum pernah terlintas dalam benakku.

Saat aku mencari pekerjaan, ada adik kelasku (farhan, rizal—keduanya dari Surabaya—dan munir yang berasal dari Probolinggo), mereka mengajakku untuk mengajar di pesantren tempat mereka mengbdikan diri. Aku nggak mau. Karena yang aku cari bukan pengbdian. Aku cari uang. Uang untuk menghidupi ibu dan menyekolahkan adikku tersayang. Pondok bukan tempat cari uang. Kalaupun ada tidak seberapa. Uang hanya ada di tempat kerja. Namun bujukan Farhan mengoyak keyakinanku. Ia berhasil membujukku untuk cuma sekedar ikut dan lihat pondokknya dulu.

Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, hanya takdir Allah yang “berbicara”. Aku tinggal di pondok tersebut sampai sekarang. Di sana aku bisa mengamalkan ilmuku. Juga bisa membantu pendiri dan pengasuh pondok—walau tak seberapa—aku juga bisa mengirim beberapa lembar uang ke rumah. Dan akhirnya di tahun 2006 akupun bisa kuliah. Walau berbekal nekad dan bantuan pak Ardi. Terima kasih banyak Pak Ardi. Engkau begitu banyak membantuku. Dan sampai sekarang belum bisa aku berbuat baik padamu.

Namun sayang di semester 4 aku harus menghentikan sementara kuliahku. Karena aku tahu dan sadar, bentar lagi janjiku harus aku tunaikan. Adikku menghadapi UAN SMPnya. Bentar lagi ia harus lanjut ke SMA. Janjiku harus aku tepati. Aku butuh more money. So, aku ambil cuti kuliah—keputusan yang sebenarnya aku sesalkan akhirnya dan sampai sekarang—guna mengumpulkan uang persiapan biaya adik masuk pondok dan SMA.
Aku berhasil membujuk ibu untuk membawa adik ke Malang. Walau aku sadar ibu kesepian di sana, di rumah tercinta. Tapi ini untuk masa depan. Masa depan adikku. (moga adikku sadar dan mau berjuang untuk hidup dan tujuan hidupnya…). Kini adikku sudah menginjak kelas 2 SMK—dia tidak mau aku sarankan masuk SMA, dia menginginkan SMK, maka apalah dayaku. Ini niatnya. Keinginannya. Aku hanya bisa mendukungnya—di jurusan TKJ di SMK Al-Munawwariyyah.

Tahukah kalian apa yang aku sedihkan? Sering kali aku minder dan sedih bila aku bertemu dengan teman seangakatan yang sudah sukses meraih gelar. Ada Lc, S.Pd.I, S.Sos, S.Fil, dan lainnya. Bahkan ketika reuni aku tak bisa menutupi bahwa aku lemah. Aku menangis hanya karena mendengar cerita yang begitu “wah” dari teman-temanku. Dan kemarin aku bertemu dengan seorang adik kelas. Aku tak menyalahkannya. Sungguh aku sadar dia belum tahu aku. Sehingga terucap beberapa kata yang mengingatkanku pada keadaanku yang masih sangat jauh untuk sukses. “lho, bukannya kamu averose? Dan seharusnya sudah lebih dari sekarangg ini? Masa masih kuliah?
Kamu nggak salah dek. Kamu benar. Ya, inilah aku yang sama sekali belum sukses. Ya, inilah aku yang masih tertinggal jauh. Sangat jauh.

promo

adsense

mudah dapat dollar

asbak antik

asbak antik
antik, mewah, dan anggun. hanya Rp.7000
 

SKY DASHBOARD | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD